“Ada masalah dengan ginjalmu, ini terlihat di gambar USG” kata dokter ahli radiologi. “Maksudnya doc, ada indikasi kerusakan ginjal?” tanyaku galau. “ini terlihat ada pelebaran dan pembengkakkan, ini sifatnya sudah urgent, tapi manusia masih bisa hidup kok dengan satu ginjal” kata dokter dingin. Sungguh kata-kata terakhirnya sangat membuatku pucat dan seakan jantung berhenti berdetak!

Melihat hasil rontgen
Setelah hasil USG aku bawa ke dokter Bedah, aku mendapatkan rujukan lagi untuk BNO-IVP / foto rongent contrast agar kondisi ginjal dan saluran kencing terlihat dengan jelas. Aku kembali ke Radiologi lagi, ternyata untuk foto kali ini ada tahap yang harus dilalui yaitu, harus cek darah terlebih dahulu untuk mengetahui fungsi ginjal, puasa selama 12 jam dan harus mengosongkan isi perut dengan minum broklat/garam inggris/dulcolax. Waaaakkkssss ribet banget dan menjengkelkan.

Tag melingkar sebagai tanda pasien rawat inap
Esok paginya setelah semalaman murus-murus minum garam inggris, dengan badan lemas, ngantuk dan lapar aku kembali ke Radiologi Panti Rapih. Pemotretan kali ini tidak sekedar seperti rongent biasa tetapi sebelumnya harus dilakukan penyuntikan cairan contrast melalui nadi kita ditangan. Aku kaget melihat suntikan yang besar dan jarumnya juga besar, 50cc cairan akan dimasukan dalam aliran darahku.

Me…. cemas
Suntikan pertama obat dimasukan hanya 5cc untuk melihat reaksi tubuhku apakah menolak/alergi atau tidak. Setelah 5 menit berjalan lancar, seluaruh cairan tersisa mulai dimasukan kedalam tubuhku. Terasa dingin merayapi tubuhku, di bawah mesin rongent yang asing dan membuatku mencekam. “kalo normal dan lancar butuh 1 jam mas, tapi kalo tersumbat dan tidak lancar bisa hampir 2 jam” kata perawat yang memantau prosesnya. Gila juga pikirku harus tergeletak kedinginan diatas kaca dan sendiri, sebuah proses yang menjengkelkan dalam hatiku. Waktu demi waktu bergulir, Puji Tuhan semua lancar sehingga waktu pemotretan hanya memakan waktu sekitar 45menit saja.

hmmm… benda-benda asing mulai melekat di tubuh
“Positif ada batu ginjal di saluran antara ginjal dan kandung kemih” kata dokter bedah urologi. “ harus segera diambil tindakan karena ginjalmu sudah membesar karena tersumbat salurannya”. “Tindakan seperti apa doc?” sahutku penuh tanya. “Dilakukan operasi kecil untuk memecahkan batu dengan cara di tembak, alatnya nanti masuk melalui saluran kecing sampai ketitik batunya berada, setelah ketemu dilakukan penembakan”. Wow membayangkan saja aku sudah bergidik ngeri. “Apa tidak bisa dari luar doc” tanyaku penuh harap. “kemungkinan berhasilnya kecil dan belum tentu bersih melihat besaran batu dan posisinya, tidak sakit kok kan dibius”. Terbayang kembali badanku bagian bawah yang diobok obok…. Ngeri….. “OK doc saya ikuti anjuran docter” kataku hopeless karena tidak ada cara lain. Dokter menuliskan pengantar operasi, dan malam itu aku sudah mulai opname untuk persiapan operasi esok harinya.

They Drag me… dag dig dug
Sekitar jam 1 siang, kereta mendorongku menembus bangsal, hanya langit- langit berlarian meninggalkanku. Rasa ngeri dan takut kembali menyergap, pelan tapi pasti kereta didorong oleh dua orang perawat menuju ke OK (kamar operasi). Memasuki Ruang OK rasa dingin AC dan keringat dingin menyatu dalam diriku. Setelah selama sekitar 15 menit di ruang persiapan operasi, kembali dua orang perawat pria menarik keretaku ke kamar operasi. Lorong demi ruang kulalui lagi, bau obat semakin menusuk hidung. Aku sedikit lega setiap sudut ruang yang kulalui ada patung Bunda Maria kemudian Patung Tuhan Yesus yang seakan memberikan harapan dan ketenangan dalam diriku.

My Hope
Keringat dingin dan degup jantungku semakin berpacu, begitu kereta ku berhenti di bawah lampu operasi yang besar dan ruangan yang penuh dengan peralatan, selang dan kabel-kabel. Aku pasrah ketika kedua tanganku di ikat dan badanku mulai dipasang kabel-kabel monitor jantung. Akhirnya aku tergeletak tak berdaya setelah jarum anestesi menusuk punggungku. Terasa ribuan semut merayapi bagian pinggang ke bawah hingga ke ujung-ujung jari kaki. Tak berapa lama pinggang ke bawah sudah tidak terasa seakan aku tidak memiliki kaki lagi. Operasi pun dimulai, aku memberanikan diri melihat prosesnya dari monitor yang bisa aku lihat. Alat-alat dari besi berbentuk semacam ujung cacing mulai merayapi badan dalamku, mencari jalur masuk menuju batu yang menyumbat. Semakin tegang detik-demi detik bergulir dengan lambat, hingga akhirnya suara dokter jelas memcahkan kebisuan “itu batunya mas”. Lega akhirnya batu yang menyumbat saluran ginjalku ditemukan. Proses selanjutnya aku mengamati dari monitor bagaimana batu itu mulai dihancurkan. “ Det, det det…. Det det det “ bunyi mesin yang keras terdengar setiap kali proses penembakan batu dilakukan. Sekitar 10 menit saluran ginjalku sudah bersih dari batu yang dimonitor berwarna kuning.

always beside me
“Sudah selesai mas, batunya sudah bersih dan nanti keluar melalui saluran kencing” kata dokter tenang. Proses selanjutnya berjalan dengan cepat, aku dibawa keluar dengan perasaan bersyukur dan tenang, semua ketakutanku sudah terjawab dengan operasi yang berjalan lancar. Dari kamar operasi aku harus melalui tahap di ruang pemulihan, Rupanya disana sudah banyak pasien yang pasca operasi. Bunyi monitor jantung saling bersahutan dan sesekali disertai suara-suara nafas berat pasien yang ada disebelahku. Cukup lama aku menunggu di ruangan ini, hampir 1,5 jam menunggu hingga kakiku yang berat karena bius bisa sedikit terasa kembali.
Prosesnya masih belum selesai, aku kembali dibawa ke ruanganku di bangsal MARIA no 9, kali ini aku harus diam diatas tempat tidur hingga minimal 24 jam. Infus masih mengaliri tubuhku melalui tangan kiriku, dan selang kateter melintang dikakiku ke kantong penampungan di bawah tempat tidurku. Rasa ngeri selalui menyelimutiku karena selalng kateter selau mengalir darah dari lubang kencingku, aku tutupi dengan selimut untuk membuatku lebih tenang.

My first steps
Masa ini adalah masa yang sangat berat buatku, terutama setelah pain killer/penghilang rasa sakit mulai memudar. Punggung bekas suntikan anestesi terasa pegal dan tidak nyaman untuk tidur, kaki yang masih berat dan belum sempurna bisa digerakan serta rasa nyeri yang terkadang terasa. Perawat secara berkala mengganti infusku dengan anti biotik dan cairan penghilang rasa sakit. Akhirnya aku bisa melewati malam dengan baik, ingin rasanya aku turun dari tempat tidur, tapi apa daya masih belum 24 jam, dan bisa berakibat pusing hingga muntah karena efek obat bius belum hilang dengan sempurna.

My Saviour
My first step akhirnya akan kumulai setelah perawat memberitahukan bahwa dokter sudah memberikan lampu hijau. Aku disuruh duduk dulu di tepi tempat tidur beradaptasi, benar juga kepala ternyata terasa berat dan sedikit pusing/nggliyeng. Pelan aku sambil berpegang pada tiang penyangga infus mulai melangkah untuk berjalan, badan memang terasa belum balanced dan masih terasa pusing. Begitu rasa pusing terasa aku hentikan langkahku dan kembali berbaring, begitu terusa aku mencoba beradaptasi.

My Fam… never leave me Behind
Pada saat malam hari visit yang pertama dan terakhir dokter menerangkan progresnya yang bagus dan menyampaikan berita gembira bahwa besok siang saya sudah boleh pulang untuk rawat jalan. Saya harus bed rest untuk mengembalikan luka-luka bekas operasi dan recovery kondisi ginjal agar kembali prima. Puji Tuhan Yesus dengan TanganMu melalui tangan dokter dan para perawat operasi batu ginjalku bisa berjalan dengan lancar dengan baik. Terima kasih Tuhan Yesusku Kau telah menjawab doaku.
JUST NOTE : semua foto merupakan self potret dengan camera IPHONE 4