The SOCIAL HOUSE : ada untuk kebersamaan

social title small

Setelah menembus jalur macet Tanjung priok, dengan melintasi jalan- jalan tikus, akhirnya sampailah saya di daerah Cilincing. Panas terik menghantam kepala, tapi suara anak-anak bernyanyi membuat suasana menjadi lebih sejuk dihati. Kepala boleh panas hati tetap dingin katanya….. Memasuki halaman rumah sederhana mulai disambut penjual kue pancong, penjual mainan anak dan kerumunan ibu- ibu, sementara  anak-anak yang sedang duduk di lantai terlihat mengikuti pelajaran menyanyi dari pintu depan rumah. Inilah rumah sosial Karya Kerasulan Vincensian Atmabrata

Suasana di rumah karya Atmabrata

Suasana di rumah karya Atmabrata

The social house

Mengutip dari history yang saya dapatkan : Karya sosial Atmabrata adalah sebuah pelayanan bagi warga miskin di kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Rumah pelayanan ini adalah milik Gereja Salib Suci, Keuskupan Agung Jakarta, yang memulai karya pelayanannya sejak tahun 1978 dengan memberikan pelayanan pada penanganan keluarga miskin dan pembeian beasiswa bagi anak- anak kurang mampu. Pada awal 2010 atas prakarsa pastor paroki Romo Wahyuliana CM, Atmabrata dihidupkan kembali dengan memberikan berbagai macam karya sosial yang lebih beragam. Penanggung jawab saat ini diberikan kepada seorang Bruder Petrus PSS.

Bruder Petrus

Bruder Petrus

Beberapa kegiatan yang dijalankan :

  1. Rumah Pangan Bagi Lansia : Memberikan makan dan minuman sehat buat para lansia dengan mengunjungi dari rumah kerumah
  2. Rumah Pendidikan : Memberikan pendidikan tambahan kepada anak- anak kurang mampu, saat ini Atmabrata memiliki tiga lokasi yaitu : Sekolah Empang di Kampung Sawah, sekolah Bambu di Bulak Cabe dan di Kelapa dua.
  3. Rumah Kesehatan : Memiliki klinik di jalan kelapa dua dengan tenaga seorang mantri kesehatan. Biaya periksa dan obat sangat murah hanya 5000 sd 10.000.
  4. Rumah Pangan Sembako : Pengadaan sembako murah bagi warga terbelakang, orang tua murid, masyarakat miskin dan anggota koperasi
  5. Rumah Sandang : Kegiatan penjualan baju layak pakai dengan harga sangat murah
  6. Rumah koperasi Simpan Pinjam : Koperasi simpan pinjam bagi warga kurang mampu dengan kisaran 500.000 sd 1.000.000 sebagai pinjaman modal usaha
  7. Rumah Pengolahan Reffil Plastik : Menggerakan ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan dalam pembuatan tas dan aneka barang dengan bahan baku limbah refill plastik.
Suasana belajar bersama

Suasana belajar bersama

The Unity

Memasuki social house, disambut oleh bruder energic yang bicaranya ceplas- ceplos akrab, beda sama stereotype pada umumnya bruder yang saya jumpai. “Pak guru” demikian bruder menyebut dirinya dengan sabar membantu satu persatu murid-murid kecilnya mengerjakan tugas origami. Terlihat anak- anak mulai membentuk lingkaran mengerubuti Bruder dan mulai menyorongkan tangan-tanganya ke pak guru kesayangan.

Ceria

Ceria

Suatu bentuk keakraban yang sudah terjalin dalam lingkungan yang tanpa sekat dan batasan. Sebuah sekat dan batas yang sudah hilang menembus perbedaan-perbedaan sosial yang ada. Perbedaan kaya-miskin, agama, etnis dan kasta- kasta sosial hilang di rumah ini, semua menyatu dalam kebersamaan.

"saya...saya...saya....bu guru"

“saya…saya…saya….bu guru”

Terlihat anak-anak dari beragam etnis menyatu, bahkan beberapa ibu-ibu berkerudung menyekolahkan anaknya di rumah ini. Para pelayan yang berbagai etnis, dari batak, chinese, betawi dan bahkan brudernya dari Prambanan Klaten semua menyatu dalam semangat. Sekali lagi terbukti bahwa suatu gerakan kasih dalam kebersamaan akan menembus dan memecahkan sekat dan batas perbedaan ciptaan manusia.

The Ompong Boy

The Ompong Boy

Sekolah Bambu

Dari rumah Atmabrata saya menyusuri kembali jalanan padat sekitaran Cilincing. Memasuki tepian sungai, jalan mulai menyempit hanya bisa dilalui dua kendaraan kecil, bau amis khas kampung nelayan mulai masuk menembus mobil. Sungai yang berair hitam penuh dengan sampah, kios kecil berdiri di bantaran sungainya, rumah-rumah hunian sederhana dan tumpukan kontainer diseberang sungai menjadi pemandangan sepanjang perjalanan menuju sekolah bambu. Sekitar 45 menit menyusuri jalan, yang penuh dengan fragmen kehidupan orang pinggiran, akhirnya saya sampai di daerah sekolah bambu.

Sekolah bambu ku

Sekolah bambu ku

Sekolah bambu, sebutan buat sekolah sederhana asuhan Atmabrata karena ruang kelas yang terbuat dari bangunan semi permanen dan dinding kelasnya terbuat dari bambu. Kelas pertama berada di tepi jalan, lebih mirip seperti posko-posko sementara atau gudang penyimpanan.

Tanpa meja kursi, beralaskan bumiku

Tanpa meja kursi, beralaskan bumiku

Kelas ini hanya memiliki dua jendela kecil sehingga ruangan menjadi gelap dan panas untuk belajar mengajar yang layak. Hari itu ruang kelas dijejali sekitar 30 an anak-anak, mereka duduk di lantai, karena memang tidak terdapat mejankursi seperti layaknya ruang kelas pada umumnya. Seorang guru perempuan berlogat batak dengan semangat, mengajar anak-anak belajar berhitung. Ruang kelas ini untuk anak- anak setara kelas 1.

ini kelasku....

Ini kelasku….

Menyusuri jembatan bambu menyusuri sungai terdapat Kelas kedua di selasar rumah warga. Ruang kelas semi terbuka ini menampung lebih banyak anak, dan umumnya sudah setingkat sekolah dasar kelas 3 dan 4,  hari itu berkumpul sekitar 100 an anak yang diajar oleh tiga orang guru pembimbing.

Menunggu anakku

Menunggu anakku

Memasuki ruang kelas ketiga di halaman rumah warga di sebelah kelas kedua, suasana kelas lebih kecil dan dijejali oleh anak-anak setara kelas 2 SD. Halaman rumah warga ini dipenuhi oleh 20an anak yang sedang belajar membaca. Semua terlihat ceria khas dunia anak-anak,  tak ada perasaan minder dan terpinggirkan, semua adalah sama, equal !

Di balik pagar cita

Di balik pagar cita

The spirits.... keep on burning

The spirits…. keep on burning

Sekolah Taman Bacaan

Tidak jauh dari sekolah bambu saya kembali menelusuri lorong-lorong kecil di sepanjang tepi sungai menuju sebuah sekolah taman bacaan. Memasuki sebuah ujung lorong mulai terdengar anak-anak bernyanyi dan terlihat banyak ibu-ibu yang menunggui anaknya yang sedang belajar. Kelas ini lebih dikhususkan untuk anak-anak taman kanak-kanak.

"Ayo siapa berani maju kedepan ?"

“Ayo siapa berani maju kedepan ?”

Ilmuku kugantungkan pada hero-hero ku

Ilmuku kugantungkan pada hero-hero ku

Kelas-kelas selalu ramai, banyak keluarga yang berharap pada karya sosial ini

Kelas-kelas selalu ramai, banyak keluarga yang berharap pada karya sosial ini

Uniknya ruang kelas ini menggunakan sebuah ruang taman bacaan milik yayasan Muslim, sungguh suatu kekuatan kebersamaan yang melintasi sekat-sekat agama. Atas nama kemanusiaan dalam kebersamaan kita semua adalah sama! Equal!

Sekolah Empang

Sekolah empang jaraknya lebih jauh dari sekolah bambu, menyusuri lebih dalam lagi, dan akhirnya masuk ke jalan yang aspalnya mulai mengkikis semua. Kurang lebih sekitar 500 meter, saya harus turun dari mobil karena jalan sudah tidak bisa dilalui. Saya harus menyusuri lorong-lorong di kampung, sambutan hangat masih terasa di kampung, agak terkejut karena biasanya hal seperti ini hanya dijumpai di kampung saya.

Sekolah empang ku

Sekolah empang ku

Tetangga sekolah

Tetangga sekolah

Setelah melewati lorong akhirnya saya mulai memasuki daerah lorong yang terlihat tumpukan kontainer di balik temboknya, tak jauh dari situ terlihatlah sekolah empang yang mungil berdiri di atas kolam. Walaupun kecil tapi bangunannya cukup menarik, saya yakin anak-anak akan menyukai karena gaya-gaya rumah panggung yang mirip rumah pohon. Siang itu saya melihat kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung dipandu oleh 2 orang  relawan guru, murid-murid di kelas empang lebih ke anak-anak umur Taman kanak-kanak.

Dalam pigura kenangan

Dalam pigura kenangan

Wajah kecil kita : fragile!

Wajah kecil kita : fragile ! 

Rumah Pangan buat Lansia

Siang itu sudah disiapkan bungkusan-bungkusan ransum dalam plastik putih, saya lihat di dalamnya ada susu ultra, nasi putih, sayur, buah dan daging, pokoknya 4 sehat 5 sempurna. Beberapa relawan mulai bersiap untuk berkeliling mengunjungi para lansia untuk membagikan ransum makan siang, saya ikut salah satu dari mereka mengunjungi 4 orang lansia. Dengan membonceng motor saya mulai masuk-masuk gang sempit yang hanya bisa dilalui motor. Sungguh trenyuh melihat keadaan para lansia di lingkungan ini, banyak yang kondisinya kurang diperhatikan, tetapi kadang saya harus bisa memahami semua ini karena faktor kondisi ekonomi keluarga, mereka mungkin sudah memberikan yang “the best” walaupun masih jauh dari yang kita harapkan.

Perhentian pertama, saya mampir di rumah seorang nenek yang tinggal sendiri, sementara yang merawat adalah keponakannya yang tinggal di samping rumahnya. Memasuki lorong rumahnya yang dingin, kosong tanpa perabotan dan sepi tanpa tanda kehidupan. Setelah memasuki kamarnya, sungguh hati saya luluh melihat nenek yang sudah pikun, sulit berkomunikasi dan sulit berjalan. Saya tidak bisa berkata-kata melihat kondisi beliau…. speechless… semoga kameraku mampu menggerakan kita untuk menyayangi ibu tercinta kita…

HOPe..... ( anybody care? )

HOPe….. ( anybody care? )

Perhentian Kedua, saya mulai menelusuri lorong kampung lagi, sampai pada suatu ujung rumah yang lapuk dan tak terawat. Ragu saya untuk memasuki rumah, seorang anaknya ternyata suadah familiar dengan kunjungan kami yang secara rutin memberikan asupan gizi dan pemeriksaan kesehatan. Kemudian seorang cucunya mengajak kami masuk untuk menemui nenek tercintanya, terlihat seorang nenek yang sudah sangat renta tidur terkulai di kasur yang sudah mengeras dan lembab. Beliau membuka matanya melihat kearah kami, mengenali dan terlihat gurat raut gembira dalam lemahnya. Get Well Oma we care of you…

The volunteer : her truly friend

The volunteer : her truly friend

My Teddy to company you nenek.

My Teddy to company you nenek.

Pemberhentian ketiga, saya mendatangi seorang nenek yang waktu mudanya adalah penyanyi dan bahkan sering memenangkan lomba. Dimasa senjanya beliau terlihat kesepian walaupun hidup bersama dengan anaknya. Beliau menyambut kami sangat bersuka cita, dalam sakit kakinya beliau memaksakan diri untuk berdiri dan mengajak kami bernyanyi bersama, terlihat wajah bahagianya di sore hari itu. Kadang walaupun kita dekat secara fisik tetapi tanpa sentuhan kasih akan membuat kita “jauh” dan “sepi”.

Nenek sang penyanyi

Nenek sang penyanyi

Perhentian keempat, kembali menelusuri lorong-lorong kampung dengan sepeda motor yang kadang harus melambat karena sempitnya gang antar rumah. Kali ini kami menemui seorang nenek yang ramah dan ditemani seorang cucunya yang lengket dengan beliau,  seperti biasanya beliau langsung menyambut hangat dan akrab.

Dengan cucu tercinta

Dengan cucu tercinta

The Ending

Sehari mengunjungi rumah karya sosial Atmabrata dalam kebersamaan dengan lingkungannya, sungguh membukakan mata hati saya bahwa sekat-sekat sosial yang diciptakan manusia akan luluh dan terlepas atas nama kasih kepedulian dan kebersamaan. Juga satu hal yang masih membekas adalah “Cintailah orang tua kita”, kadang kehadiran kita saja tidak cukup tetapi sentuhan kasih lah yang lebih membahagiakan.

You are my Heart

You are my Heart

Sebuah perjalanan hidup pada fase anak belia dan fase manula adalah sisi fragile/rentan yang sangat bergantung pada kita yang masih”kuat” untuk menopang dan memberikan perhatian yang baik.

Apakah kita sudah berbagi kasih dalam kepedulian sosial terhadap sesama? Sekecil apapun nilainya jika tulus akan berguna buat yang membutuhkan…. Marilah kita renungkan.

Salam

11 responses to “The SOCIAL HOUSE : ada untuk kebersamaan

  1. Fotonya luar biasa mas. Saya baru ketemu Bruder Petrus minggu lalu, menyentuh ya. Mas Stephanus, boleh ya saya pinjam beberapa foto untuk proposal saya? rencananya saya mau bantu support computer untuk di BLK dari network kerja saya……

  2. Nice pict and story , wish can do something for those who need ,(salam kenal dari batulicin, Kalimantan selatan) romo Wahyu sedang bertugas di paroki kami saat ini.
    Dia bercerita tentang CIlincing tak sangka memang benar keadaannya, dalam pemikiran saya masak CIlincing seperti itu.
    Semoga Tuhan selalu memberkati mereka dan kita semua.

  3. Hai. Saya mau adain project tentang education yang akan di dukung oleh kedubes AS. Bolehkah saya minta kontak yayasan Atmabrata cilincing. Jawaban anda sangat saya harapkan. Terimakasih

  4. Thn 2011 saat mengadakan aksi Natal kami dari Persekutuan Doa Gloria pernah mengadakan aksi sosial di tempat ini. Semoga makin banyak tangan-tangan yang lembut menjangkau dan menjamah tempat ini. Amen.

  5. Very touching. Be blessed all those who live in desperate destiny and be blessed those who open their hearts and eyes for their needy brothers and sisters.

  6. Amazing real story hannie…… setelah membaca story diatas tidak ada alasan bagi kita untuk tidak selalu bersyukur day by day. Apalah arti Iman tanpa Kasih.

Leave a comment