A long way down to PUSHKAR

Photo Gallery India visit :

http://www.stephanushannie.net/blog/photo-series/

DAY ONE

Touch down !!!!! hentakan roda pesawat airbus saat landing membangunkan aku dari kantuk, yang selama 4 jam perjalananan mendera. Petualangan dimulai!  Setelah pesawat berhenti dengan sempurna, Aku dan kedua sobatku Romi dan gathoe mulai mengambil tas kamera sebagai first priority untuk persiapan turun. Gila aja deh kalo sampai terbawa orang lain hehehe. Indira Gandhi Internatioanal Airport di New Delhi sudah menanti kami bertiga.

 

All New bandara Indira Gandhi

All New bandara Indira Gandhi

Karpet Indah dengan pola-pola khas India, bau cat yang  masih menyengat dan interior yang masih baru menyambut kami begitu terlepas dari belalai penghubung. Rasa penat dan kantuk sedikit terobati dengan sambutan yang terasa hangat dalam balutan bandara yang baru dan kental dengan aksen eksotis India. Antrian menyambut check point imigrasi. Sedikit demi sedikit aku semakin melangkah maju. Kesan angker yang biasanya menyelimuti atmosfer bagian imigrasi sedikit terusir dengan keindahan interior yang tertata apik. “Dok… dok” terdengar sebagai tanda passportku telah dicap, perasaan lega menghilangkan rasa grogi yang selalu meliputiku  saat harus berdiri di garis batas memasuki Negara lain ini. Bagasi datang sedikit agak terlambat di mesin conveyor, sehingga kami harus sedikit sabar menunggu. Kesan angker justru mulai terasa di area ini karena banyak tentara militer dengan senapan otomatis lengkap berpatroli lalu lalang dengan disertai seekor anjing herder. Mungkin mencari para kurir narkoba!

Megah... sayang meninggalkan sisi arsitek khas India

Megah… tanpa meninggalkan sisi etnik khas India

Rasa kagum atas bandara baru masih menjadi sasaran mataku. Searching tempat makan masih menjadi prioritas, karena perut mulai perlu diisi. Akhirnya aku bersama dua sobatku mencari bangku kosong terlebih dahulu untuk duduk dan menaruh tas kami. “kita menginap dibandara?” tanyaku pada sobatku, karena aku baru tahu bahwa kita tidak menginap di hotel untuk malam ini. Masuk akal juga menurutku karena pesawat mendarat sudah sekitar pukul 10 malam dan sekarangpun waktu sudah menunjukan pukul 12 malam. Dan besok pagi jam 5 kami harus melanjutkan perjalanan ke Agra dengan kereta api.  Rasa lapar lebih menjadi prioritas pikiranku saat itu daripada urusan menginap. Sementara dua sobatku lebih bermalas-malasan duduk dan tidak merasakan lapar.  Aku berjalan berkeliling mencoba mencari tempat untuk makan dan akhirnya aku menemukan café hindi, satu satunya yang malam itu yang masih menyediakan makan bernasi. Ternyata semua kare dan vegetarian ! Setiap masakan yang aku tunjuk menyerupai daging atau ayam, ternyata sayur atau kentang. Apa boleh buat tuntutan perut lebih penting untuk dituntaskan.  Nasi Biriyani, semacam nasi kuning dengan kare kentang sudah dihadapanku, tapi kurang mengundang selera, karena yang ada dipikiranku adalah nasi rendang Padang! hahahahaha…. Sendok demi sendok akhirnya nasi biriyani masuk ke perutku mengisi sisi-sisi kosong lambungku.


Dengan mempertimbangkan kondisi fisik untuk perjalanan darat yang masih jauh dan tututan kondisi prima untuk hunting yang sedikit ekstrim, akhirnya kami memutuskan untuk menyewa hotel semalam. Dengan “Taxi” imut karena basic car-nya adalah karimun, kami menjejalkan barang bawaan dan diri kami sendiri kedalam kabin yang sempit. Jadi teringat iklan karimun yang sempat memecahkan rekor MURI dengan diisi 34 anak siswi SMP.  Dengan lincah mobil imut menembus malam yang sejuk menuju Hotel Southern, sebuah hotel ekonomis, bersih dan tidak jauh dari bandara. Selanjutnya buaian mimpi yang singkat menemani tidur kami di kasur empuk nan nyaman, terbayang jika harus tidur dibangku besi dibandara. Hanya sekitar 3 jam bunga tidur kami harus berakhir begitu alarm berbunyi dan kami harus segera bergegas ke satsiun kereta api.

CATATAN AKOMODASI

Air Asia

Air asia adalah maskapai murah atau budget airline yang biasanya dibeli secara online. Air asia adalah teman setia untuk mengantar perjalanan-perjalanan huntingku di sekitar Asia. Sangat mudah mulai dari pemesanan tiket, memilih tempat duduk, mengatur bagasi sesuai kebutuhan, pre order makanan dan hingga booking online. Salah satu tips agar mendapatkan harga murah adalah dengan melakukan booking jauh-jauh hari atau saat ada promosi. Link : www.airasia.com

Inside Air Asia

Inside Air Asia

Southern hotel-New Delhi

Southern Hotel merupakan hotel kompak dengan harga ekonomis berkisar Rp.400.000 per malam untuk untuk 2 orang. Letaknya yang tidak terlalu jauh dan mudah dijangkau dari bandara merupakan salah satu selling pointnya.  Kamar hotel cukup bersih dengan fasilitas AC split dan TV cable, serta breakfast untuk dua orang. Untuk pemesanan bisa dilakukan melalui Link : http://www.agoda.com

hotel southern

hotel southern

 

DAY TWO

Sudah menjadi adatnya fotografer untuk bangun pagi. Biasanya untuk mengejar sunrise yang indah, tetapi kali ini kami bangun pagi untuk mengejar kereta api ke Agra. Dengan tergesa-gesa aku bangun, mandi dan repacking semua barang-barangku terutama charger-charger camera dan handphone. Kemudian kami bertiga dengan naik taxi menuju Stasiun Agra yang tidak begitu jauh dari tempat kami menginap.

New Delhi railway station  sangat jauh dari kesan bagus, jangan dibayangkan akan menjumpai stasiun seperti satsiun gambir yang modern atau stasiun kota yang kuno tapi terpelihara dengan baik. Stasiun ini terkesan semrawut, kumuh serta kotor, banyak orang yang menunggu kereta dengan tidur malang melintang di halaman lobby stasiun, sampah berserak dimana-mana, bau tidak sedap kadang terhirup. Sungguh suatu pemandangan yang berbanding terbalik dengan bandaranya yang demikian megahnya.

Terlelap di peron menunggu kereta

Terlelap di peron menunggu kereta

Kereta api India

Sejarah panjang perkereta-apian telah tumbuh dan mengakar di India sejak 1849. Pada masa penjajahan kerajaan Inggris. Kereta api sudah menjadi sejarah dan bagian dari kehidupan masyarakat India. Dan sangat masuk akal jika sarana transportasi massal ini yang selalu menjadi tulang punggungg dan perhatian pemerintah India, mengingat Negara India yang luas dan lebih dominan daratannya. Di New Delhi sendiri saat ini sedang dibangun subway dan monorel,  hampir disetiap  sudut kota terlihat proyek ini sedang dikebut.  Bahkan beberapa bagian/trayek sudah mulai melayani penumpang. Uniknya, keadaan ini sekaligus dikemas sebagai salah satu daya tarik buat wisatawan, sebagai MRT (Mass Rapid Transport) pertama di India!

 

Suasana Rail Station

Suasana Rail Station

Ada kejadian yang boleh dikatakan sebagai usaha untuk menipu kami, sepertinya turis yang umum menjadi sasaran. Saat kami akan masuk ke dalam peron, kami hentikan oleh oknum petugas dan dinyatakan bahwa tiket kami tidak berlaku karena tidak dikonfirmasi ulang. Saat itu box komputer untuk check dalam kondisi rusak. Apakah karena kondisi ini menjadikan sebuah kesempatan untuk menipu? Kemudian kami diantar oleh seorang temannya menuju sebuah kantor kecil di ruko seberang stasiun. Mereka terkesan helpful dan cekatan. Memasuki ruang kantor yang kecil kami digiring masuk kesebuah ruangan, kemudian dipertemukan dengan seorang yang terkesan sebagai pejabat kereta api. Petugas ini menyatakan bahwa tiket kami sudah hangus dan tidak bisa dipakai, dan  kami harus membeli lagi untuk bisa melanjutkan perjalanan ke Agra. Harganya USD 90,- per orang untuk sebuah perjalanan kereta api selama 2 jam !!! kami merasa ditipu ! Akhirnya kami kontak teman kami, Prakash yang asli India. Benar, menurutnya kami sedang ditipu dan kami disuruh langsung masuk ke kereta saja karena semuanya sudah well confirmed

 

Kereta Api cukup nyaman, sekelas Argo Bromo

Kereta Api cukup nyaman, sekelas Argo Bromo

Memasuki bagian dalam stasiun sangat terasa sebuah stasiun yang kuno dan tidak terawat. Beberapa kereta api yang hilir mudikpun terkesan kelas ekonomi yang kumuh. Pemandangan orang kencing di rel, saat kereta berhenti untuk sekedar langsir atau menaikkan/menurunkan penumpang adalah pemandangan yang jamak. Beruntung kereta api yang kami naiki adalah kelas eksekutif bukan kelas ekonomi yang berjejal persis di Indonesia. Hampir satu jam lamanya kami menunggu kereta datang, setelah sedikit kesal akhirnya muncul juga kereta kami. Keretanya mirip dengan Agro bromo atau agro-agro yang lain. Walaupun secara penampilan dan kebersihan kereta Agro masih lebih baik. Tetapi yang menarik adalah kita bisa melakukan reservasi tiket melalui online dan memilih nomer kursi sendiri, tidak perlu mengantri di loket atapun reservasi ke travel agen.

Set Makanan mirip di pesawat

Set Makanan mirip di pesawat

 

Roda-roda kereta mulai berderit dan sentakan gerbong terasa menggoncang badan, tanda kereta mulai berjalan. Kami menempati gerbong dan tempat duduk sesuai dengan nomer yang tertera di karcis online. Petugas mulai memeriksa karcis penumpang satu-persatu dan kami pun tidak mendapatkan masalah dengan tiket kami. Terbayang nyaris kami tertipu oleh oknum stasiun. Pelayanan Pramugara cukup baik dan cekatan walaupun tidak ada senyum ramah. Mulai dari minuman, makanan kecil hingga roti dibagikan dengan baik. Satu hal yang membuat aku terkejut adalah setelah kereta akan memasuki setasiun tujuan kami, AGRA, para pelayan tadi meminta tips secara langsung/”menodong” dengan menjulurkan tangan. “Tips- Tips” pintanya tanpa senyum! Seperti sudah suatu kewajiban! Akhirnya temanku Gathoe memberikan tips dengan sedikit kesal karena unsur pemaksaan. Hebatnya,  ternyata yang diminta adalah hanya para turis saja bukan penumpang lokal ! 

Agra Rail Station

Agra Rail Station

Jorok! Memasuki Stasiun Agra sungguh suatu pemandangan yang sangat membikin kita mual, sepanjang tepi rel kereta api banyak barisan orang jongkok sedang membuang hajat BAB diruang terbuka! Sungguh suatu realita yang membuatku tidak bisa menikmati matahari pagi yang mulai bersinar keemasan. Turun dari kereta, kesan kumuh, bau sampah, bekas ludah dan orang kencing disembarang tempat (baik pria maupun wanita) menjadi pemandangan yang membuatku semakin harus segera lari dari stasiun ini.

Di stasiun Agra ini kami bertemu dengan sahabat kami dari India, Prakash, yang akan menemani kami hunting di Pushkar, Jaipur dan Agra. Pelukan persahabatan dan jabat tangan mengawali pertemuan kami, sedikit menghilangkan semua rasa mual ku. Perjalanan ke pushkar adalah perjalanan darat yang cukup jauh, sekitar hampir 8 jam perjalanan. Untuk menempuh perjalanan jauh ini, kami sudah mencarter sebuah Chevrolet Tavera atau di Indonesia lebih familiar dengan sebutan Izuzu Panther.

Selepas dari Agra Railway Station pemberhentian pertama kami adalah Restoran untuk mengisi perut kami yang sejak subuh hanya diisi sepotong roti tawar yang diberikan di atas kereta api.

Teh India.., teh + susu kambing

Teh India.., teh + susu kambing

Mobil kami berhenti di restoran yang sederhana, lebih tepat disebut warung. Warung ini cukup dikenal karena banyak yang berkunjung untuk makan. Beberapa mobil tampak parkir di warung ini. Di depan resto ada dapur terbuka sehingga kami dapat melihat cara mereka memasak dan menyeduh teh. Teh di India merupakan minuman yang sangat popular karena minum teh adalah ajang untuk ngobrol sembari menikmatinya. Bagi yang pertama menikmatinya akan sedikit kaget karena yang disajikan adalah susu kecoklatan dalam cawan/gelas plastik kecil, bukan dalam segelas teh hangat atau dalam cangkir seperti teh poci. Teh India adalah campuran antara susu domba/unta dengan teh yang disajikan panas-panas langsung dari panci racikan yang dipanaskan di atas kompor. Aku yang bukan penggemar susu sudah sedikit ragu-rahu terhadap teh ini, tetapi setelah seteguk mencicipi, aroma susu sudah hilang tercampur rasa sepetnya teh. Diwaktu berikutnya minuman ini selalu menemaniku setiap mampir di warung-warung makan maupun kedai teh.

ini susuku.... teh susu maksudnya... LOL

ini susuku…. teh susu maksudnya… LOL

 

Aku sudah mulai terbiasa dengan hidangan India sehingga tidak mempunyai ekspektasi yang berlebih. Menu aneka kare vegetarian disajikan satu persatu, kali ini sambal segarnya sangat nikmat untuk disantap bersama kare kentang dan nan. Semacam roti canai sebagai pengganti nasi. Aku mengisi perut secukupnya, takut dalam perjalanan ada problem dengan perutku. Aku memutuskan tidak mau berurusan dengan public toilet setelah pengalaman di Agra station tadi pagi.

Nasi Padang ala India....

Nasi Padang ala India….

Kami melanjutkan perjalanan menuju Pushkar, sepanjang perjalanan kami menjumpai banyak sekali object foto human interest yang menarik. Tapi kami memutuskan untuk tidak memotret karena akan menyita waktu perjalanan kami, Pushkar adalah destinasi focus kami. Rencananya sekembali dari sana kami baru akan mengambil waktu untuk menyisir human interest sepanjang perjalanan pulang.

Gerald the driver

Gerald the driver

Perjalanan kami tidak menemui banyak hambatan karena sarana jalan di India sangatlah bagus. Sepanjang perjalanan kami melalui jalan Toll atau jalan sekelas jalan toll. Sehingga kami bisa memacu mobil hingga 100km/jam tanpa kesulitan yang berarti. Di India ada suatu kebiasaan yang sedikit berbeda dengan Indonesia, mereka gemar sekali menggunakan klakson dan sudah dianggap sebagai suatu hal yang biasa serta  tidak mengganggu. Bahkan setiap kendaraan besar selalu diberikan tulisan “Blow Horn please..!” mungkin sebagai peringatan bahwa ada mobil kecil yang akan melaju. Sepanjang perjalanan semua mobil yang kami jumpai adalah mobil made in India semacam Tata, Bajaj, Mahindra atau mobil Jepang yang sudah melebur dengan India semacam Suzuki Maruti. Sedangkan truk dan bis masih didominasi oleh merk lokal semacam Tata. Satu hal lagi yang membuatku tak habis pikir, semua mobil di India tidak ada spionnya dan kalaupun ada mereka melipatnya kedalam. Selidik punya selidik ternyata penyebabnya adalah cara mengendarai mobil orang India yang ugal-ugalan, saling menghimpit dan berjejal yang akhirnya membuat spion menjadi korban. Tak heran sifat ugal-galan juga yang menyebabkan hampir semua mobil di India tidak dalam kondisi mulus dan baik.

Sepanjang jalan bising oleh suara klakson

Sepanjang jalan bising oleh suara klakson

Kontur dataran sepanjang perjalanan kami datar-datar saja, tidak ditemui perbukitan. Sepanjang mata memandang hanya tanah gersang dan pertanian yang luas. Tak ada tontonan yang menarik, membuat aku cepat bosan dan rasa kantuk segera menyerang.  Jam sudah menunjukan pukul 11:00 saat aku terbangun dari tidur. Goncangan terasa di area parrkir saat mobil kami menepi untuk istirahat di kedai teh. Ahh…rupanya kebiasaan sopir India sama seperti sopir di Indonesia mampir ngopi dulu. Kamipun menikmati hangatnya teh disiang hari yang terik dan panas menyengat. Perjalanan berikutnya masih diisi dengan acara istirahat teh dan makan  siang dengan menu yang hampir semuanya sama. Sekitar jam 17:00 mobil kami mulai memasuki jalan yang kecil dan sedikit rusak, menandakan kami sudah mulai memasuki daerah Pushkar yang jauh terpencil.

PUSHKAR

Memasuki pushkar, sungguh seperti ditarik ke peradaban masa lalu. Seakan masuk ke babak cerita Negeri antah berantah 1001 malam. Rumah-rumah banyak yang terbuat dari tanah liat, penduduknya yang masih menggunakan pakaian khas India yang warna warni, bangunan-bangunan antik dan kuno, unta dan sapi yang lalu lalang di jalan. Sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan mata dan hatiku. Belum lama hanyut dalam lamunan akhirnya harus segera menguap karena Kami langsung memutuskan untuk check in di hotel terlebih dahulu di hotel RTDC Sarovar, sebelum melanjutkan hunting.

Pushkar adalah sebuah kota kecil antik dan kuno, di distrik Ajmer Rajasthan. Inilah salah satu alasan kuat yang menjadi daya tarik bagi turis-turis asing yang datang ke kota kecil ini. Walaupun jauh dan terpencil tetap saja setiap tahunnya ramai dikunjungi. Puskhar merupakan salah satu dari 5 tempat suci untuk berziarah bagi umat Hindu, atau sering disebut sebagai “Tirth Raj” yang berarti Raja Tempat Ziarah.

Map of Pushkar

Map of Pushkar

 

Pushkar sangat dikenal sebagai satu-satunya kuil Brahma di India. Di pushkar diyakini sebagai tempat pertempuran antara setan Vajra Nabh dengan Brahma. Konon Brahma memenangkan pertempuran ini dengan senjata bunga teratai yang jatuh dari langit. Kelopak-kelopaknya yang berjatuhan ke tanah saat berlangsung pertempuran berubah menjadi danau. Yang diberii nama danau Puskhar. Danau ini hingga sekarang menjadi tempat suci untuk ritual mandi  dan itual sembahyang.

Sembahyang

Sembahyang

 Pada bulan ziarah (bulan kartik purnima/ bulan purnama) yang biasanya jatuh pada bulan November, kota kecil yang sunyi ini berubah menjadi ramai. Turis asing dan local berdatangan; suasana ziarah penuh dengan ritual doa; para pedagang tiban berdatangan; festival unta; perdagangan kuda, sapi dan unta; pasar malam; suara music dan nyanyian serta tarian tradisional mengalun hingar bingar saling bersahutan. Inilah bulan dan waktu yang tepat buat kita berkunjung ke Pushkar.

Setelah check in kami harus bergegas untuk hunting. Rupanya sore itu ada arak-arakan tarian sebagai pembuka acara festival tahunan Pushkar. Persiapan dan start di mulai justru dari halaman hotel tempat kami menginap, sehingga ada kesempatan untuk memotret persiapan sebelum pentas arak-arakan di mulai. Beberapa penari perempuan dengan pakaian merah warna warni, dua orang pria penunggang boneka kuda dan serombongan pemain music siap meramaikan jalan-jalan sempit di Pushkar.

Tarian keliling jalan menyambut festival Pushkar

Tarian keliling jalan menyambut festival Pushkar

Aku mengikuti rombongan tari-tarian ini sepanjang jalan, sambil terus memotret dari berbagai angle. Sangat menarik mengikuti karnaval ini dengan tarian yang disuguhkan dan music yang mengiringi, sangat eksotis dan etnik. Semua penduduk dan turis lokal maupun asing tumpah ruah disepanjang jalan. Sesekali aku harus berhenti untuk sekedar menarik nafas karena berlarian-kesana kemari guna mengejar moment, spot dan angle terbaik. Tak terasa sekujur badan sudah bermandikan keringat. Senja mulai menjelang, langit cerah mulai meredup tergantikan oleh warna keemasan yang pucat karena mendung. Akhirnya aku berhenti di kuil danau Puskhar. Di tempat ini ternyata sudah menanti para sobatku yang juga telah lelah berburu foto. Setelah memotret sekitar danau kami kembali ke hotel Sarovar.

CATATAN AKOMODASI

Hotel R.T.D.C Sarovar Pushkar

Hotel dengan bangunan Arsitektur Klasik  bergaya eropa yang indah dan terawat baik, menyambut kedatangan para tamunya. Bangunan hotel ini sangat menarik buat pecinta bangunan-bangunan kuno. Jendela-jendelanya yang besar dan melengkung indah, atap plafon yang tinggi dan Pintu-pintu kayu yang besar menyambut kami saat masuk ke kamar. Satu hal menarik adalah saat akan membuka pintu kamar yang berat dan besar, ternyata menggunakan gembok gerendel sebagai kuncinya! Antik sekali! Begitu memasuki kamar kesan jadul semakin terasa, perabot masih jadoel, toilet bersih dan antik . Sayangnya AC yang sedikit mengganggu karena menggunakan AC windows yang berisik.

Hotel ini menyuguhkan makanan vegetarian aneka kare ala hindi, sedangkan untuk orieantal ada roti, telor rebus dan telor dadar. Pelayanan hotel ini relatif baik, rate yang berlaku pun relatif ekonomis yaitu berkisar Rp. 400.000 untuk peak season acara camel festival ini!

Hotel Sarovar

Hotel Sarovar

 

DAY THREE

Pagi hari kami sudah bangun untuk melakukan hunting di pusat keramaian penjualan hewan ternak, seperti unta dan kuda di daerah Gelanggang Olah raga Puskar. Sepanjang perjalanan penduduk sekitar sudah memulai aktifitasnya, dengan membuka toko-tokonya dan menata barang dagangan. Bagi penjual makanan mereka mulai bersiap memasak dan sebagian sudah mulai memasak. Tidak kalah ramainya adalah sekali lagi kedai teh, yang dikelilingi para pembeli sambil duduk-duduk dan mengobrol. Rombongan para peziarahpun banyak dijumpai, dengan pakaian tradisional yang warna-warni pada wanitanya dan para pria memakai sorban kepala dengan kumis dan jambang yang lebat, kebanyakan mereka berasal dari luar daerah.

Tenda-tenda kuliner

Tenda-tenda kuliner

Sepanjang perjalanan sapi dan anjing juga banyak berkeliaran di Pushkar, beberapa sapi bahkan ada yang dihias dengan pernak pernik berwarna dan menarik perhatian. Begitu aku akan memotret ternyata pemiliknya memberikan tanda dengan jari tangannya, meminta uang. Ternyata ini salah satu cara mencari uang dari para turis. Topeng monyet di Pushkar juga masih menjadi tontonan yang cukup menarik perhatian selain permainan seruling ular cobra yang banyak berkeliling sambil memamerkan ularnya dihadapan para wisatawan. Tentu saja lari ketakutan hahahahaha…

Topeng monyet ala Pushkar

Topeng monyet ala Pushkar

 

Tidak hanya dengan membawa binatang peliharaan, beberapa wanita penduduk lokal merias diri dan dandan dengan pakaian tradisional yang sangat menarik untuk di foto. Tetapi sekali lagi mereka meminta bayaran. Mereka memang berdandan cantik untuk menarik para wisatawan agar memotret atau berfoto bersama mereka. Penduduk Pushkar sudah tahu benar festival yang diselenggarakan setahun sekali ini akan menarik para turis, dan bagaimana memanfaatkan situasi ini untuk mencari penghasilan. Beberapa wanita tampak membawa anak –anak mereka yang masih kecil dan beberapa masih bayi, menjajakan diri untuk menjadi model foto dadakan. Jika kita ingin memotret yang lebih natural justru kita bisa mendapatkan dari para wisatawan lokal atau para peziarah yang juga banyak berdandan tidak kalah menariknya. Aktivitas para turis lokal justru lebih natural dibandingkan dengan possing para model dadakan.

wanita-wanitapun bersolek menggoda

wanita-wanitapun bersolek menggoda

 

Pengemispun tidak ketinggalan ikut memanfaatkan kemeriahan festival ini, para orang tua yang jompo, beberapa yang cacat badannya, beberapa pura-pura sakit dan anak-anakpun banyak dijumpai disepanjang jalan. Para guide-guide juga banyak berkeliaran menawarkan jasanya untuk mengantar berkeliling atau menjelaskan tentang sejarah dan budaya di Pushkar. Mereka menawarkan diri dengan berbahasa inggris, bahkan beberapa menguasi bahasa asing lainnya. Sekali anda menyahut dengan bahasa inggris dan mereka merasa mampu berkomunikasi dengan anda, maka tanpa mengenal lelah mereka akan merayu anda terus. Jika tidak ingin diganggu sebaiknya anda pura-pura tidak tahu bahasa yang disampaikan, meskipun itu bahasa kita Indonesia. Cukup tersenyum saja.

Keluarga pengemis turut meramaikan Puskhar Festival

Keluarga pengemis turut meramaikan Puskhar Festival

 

Sesampai di penghujung jalan sepanjang sekitar 2 km kami menjumpai gelanggang olah raga dan perbukitan tandus yang luas. Lapangan sudah dipenuhi oleh arena pasar malam dengan berbagai macam tempat permainan dan atraksi. Area perbukitan dipenuhi oleh para penjual hewan ternak yang umumnya adalah unta dan kuda. Para penjual ternak kebanyakan mendirikan tenda-tenda sebagai tempat istirahat dan sebagai tempat tinggal sementara. Suara ringkik kuda dan suara raungan unta saling bersahutan bercampur dengan suara-suara musik dari arena permainan.

Pasar Malamnya

Pasar Malamnya

 

Sore hari adalah saat yang tepat untuk memotret di arena jual beli unta karena matahari akan tenggelam dibalik sisinya dan fragmen human interest akan tersuguh dengan indah. Kami mulai naik ke atas perbukitan tempat para penjual membuat tenda untuk menunggui unta-untanya. Para penjual umumnya berkumpul dan duduk di depan tenda sambil ngobrol, menikmati teh hangat dan merokok. Mereka merokok dengan meracik tembakau dalam pipa panjang yang disedot secara bergiliran diantara mereka. Beberapa perempuan terlihat menyiapkan masakan dengan membuat tungku dari kayu bakar. Anak-anak kecil berlari berkejaran sambil tertawa riang. Sungguh sebuah potret humanis yang menarik sekali.

Menghalau unta pulang, setelah ternak dipamerkan dalam ajang pasar unta

Menghalau unta pulang, setelah ternak dipamerkan dalam ajang pasar unta

 

Menjelang senja beberapa penjual yang letak desanya dekat dengan Pushkar, mulai menggiring pulang unta-untanya secara bersamaan. Inilah moment yang menurutku paling indah, dimana unta-unta yang berbaris berjajar dan beriringan menuruni perbukitan dengan para gembalanya dibelakang. Cahaya matahari yang condong dengan sinarnya yang keemasan menambah sempurna momen ini. Sering aku harus berlarian untuk mengejar dan menanti barisan unta-unta pada spot yang aku anggap bagus. Tak terasa aku sudah berjalan dan berlari jauh dari titik awal, meninggalkan sobat-sobatku yang masih hunting diperkampungan tiban di atas bukit. Lelah dan letih terbayar dengan spot dan moment yang indah. Dengan langkah gontai, nafas tersenggal-senggal dan dalam remang sore aku mulai kembali ke area semula. Setelah bertemu dengan sobat-sobatku, kami pun pulang kembali ke hotel untuk melepas lelah dan mandi, karena badan kami sangat kotor oleh debu dan keringat. 

Sang gembala unta

Sang gembala unta

 

Setelah mandi dan sebentar beristirahat, kami melanjutkan untuk makan malam di kedai sekitar danau Pushkar. Berjalan-jalan dan hunting foto diwaktu malam pun tidak kalah menariknya dibanding saat siang hari. Temaram dan aneka warna lampu menambah foto-foto kita menjadi indah dan unik. Aku harus sesekali berhenti untuk mengambil gambar yang mengakibatkan waktu perjalanan makan malam kami menjadi molor… “Ah biasa”.  Mana ada fotografer yang menyia-nyiakan momen di depan mata hehehe… Malam hari kedua di Puskhar kami tutup dengan bersantap malam bersama, masih dengan menu kare vegetarian yang sama pula…”Duh”. Lidahku mulai mati rasa dengan kuliner di sana.

PKL (pedahang kaki lima) menjajakan Pisau khas para lelaki

PKL (pedahang kaki lima) menjajakan Pisau khas para lelaki

 

 

DAY FOUR

Kami bagun pagi hari saat matahari belum muncul, hari ini adalah hari terakhir kami di Puskhar sehingga kami akan mengambil moment sunrise di arena penjualan unta. Udara sejuk cenderung dingin menyertai perjalanan kami menyusuri lorong-lorong jalan kecil. Kesibukan pun sudah mulai terlihat, baik para peziarah yang berdoa di kuil di danau Pushkar ataupun para pedagang buah dan sayur yang mulai mempersiapkan dagangannya. Kami berhenti sejenak di kedai teh, rupanya adat kebiasaan minum teh mulai menjadi bagian dalam perjalanan kami. Dengan duduk di bangku- bangku kecil kami mulai meniup dan menghirup sedikit demi sedikit teh susu yg masih panas “fresh from the panci” hehehe, rasa hangat pun terasa diperut membuat badan menjadi nyaman dipagi yang dingin.

Tea time salah satu kebiasaan sehari-hari... teh tarik ( teh + susu unta )

Tea time salah satu kebiasaan sehari-hari… teh tarik ( teh + susu unta )

 

Pagi ini cuaca berawan dan mendung sehingga langit menjadi flat dan hazy, tidak bisa berharap mendapatkan sunrise yang bagus dan indah. Aku tetap bersemangat untuk mencari angle yang indah menyambut datangnya para gembala beserta rombongan unta-untanya dari desa-desa terdekat. Begitu asyiknya sampai aku tidak sadar bahwa sudah memasuki arena “ranjau manusia”. Tak heran, makin lama baunya makin tidak sedap. Terbayang kembail pagi hari di Agra dan rel keretanya. Perut terasa mual. Akhirnya aku dengan hati-hati menghindari “ranjau”  meninggalkan spot indah tersebut .

Lorong-lorong kota kampung yang indah

Lorong-lorong kota kampung yang indah

 

Hingga siang hari sekitar jam 9 an kami masih sibuk memotret momen yang kami jumpai. Akhirnya waktu pula yang membatasi hunting kami, karena siangnya kami akan melanjutkan perjalanan ke Jaipur. Setelah berkumpul, kami menuruni bukit kembali ke hotel untuk mandi, breakfast dan berkemas.

 

JAIPUR

Setelah 3 hari 2 malam di Pushkar kami harus menuju destinasi berikutnya yaitu Jaipur dan kembali ke Agra.  Aku merasa masih berat untuk meninggalkan Pushkar yang demikian eksotis dan magis, terlebih belum melewatkan hari puncak upacara ritualnya. Someday harus kembali ke pushkar dengan mengambil waktu yang lebih lama, sehingga mempu menangkap aura kampung tersebut dalam bingkai foto.

Perjalanan menuju Jaipur memakan waktu sekitar 3 jam lamanya, walau sebenarnya terbayar dengan pemandangan tebing-tebing yang indah dengan rumah-rumah yang “menempel” di lereng pegununganya. Tetapi buai mimpi lebih menggodaku untuk menikmati alam indah bunga fanatasi.  

lansekap yang indah

lansekap yang indah

 

Bunyi klakson mulai bersahutan ramai, kabut polusi menutupi pandangan mata. Jalanan tidak terlihat dipenuhi oleh sepeda motor, bajaj dan mobil yang tidak beraturan. Itulah wajah keseharian Jaipur the pink city, penuh kesemrawutan dan kebisingan. Setelah melewati segala “bencana” jalanan akhirnya kami berhasil menemukan hotel tempat kami bermalam di R.T.D.C Gangour Hotel. Sepertinya satu grup dengan hotel tempat kami menginap di Pushkar. Kami segera melakukan check in, dan segera bersiap kembali untuk melakukan street hunting mengingat waktu sudah menunjukan pukul 15:00 sore.

The Boy - street urban style

The Boy – street urban style

 

Dengan diantar oleh sopir kami, Gerald, yang tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris, sehingga kami bertiga jika berbicra dengannya harus menggunakan bahasa Tarzan. Di pusat kota Pink city, kami di drop di tepi jalan mengingat sulitnya mencari parkir di area City Palace ini.

Hawa Mahal

Kami turun tidak jauh dari Hawa Mahal, sebuah landmark terkenal di Jaipur. Hawa Mahal yang artinya istana angin adalah sebuah arsitektur istana yang megah. Hawa Mahal dibangun pada tahun 1799 oleh Maharaja Sawai Pratap Singh. Istana ini memiliki 953 jendela yang dibangun menyerupai sarang lebah raksasa. Istana ini dibangun bagi para puteri kerajaan, konon jendela-jendela indah dan besar adalah sebagai tempat para putrei kerajaan melihat pertunjukan/parade yang melintas di jalan depan istana ini.

Agra city

Arsitektur Hawa Mahal

 

Kami memotret sebentar arsitektur megah ini dari tengah batas jalan. Saat tersulit adalah bukan saat memotretnya tetapi ketika menyebrang jalan yang sangat padat oleh para pengendara yang cuek pada para penyebrang jalan. “Dung-dung.. Tret tet tret..” Suara keramaian karnaval mulai terdengar dikupingku. “wah, lucky me nih ada festival yang lewat” pikirku. Kami berusaha mendekat menuju pusat keramaian dengan meniti pembatas tengah jalan, sesekali bunyi klakson sepeda motor, mobil atau bajaj mengejutkanku yang berjalan cepat.

Mulai terlihat serombongan drum band dengan mengenakan seragam mirip polisi/militer menyanyikan lagu yang mengalun keras tapi tidak kukenali. “Hmmm.. kalo lagu Jay Ho – nya Arif Rahman yang ngetop lewat soundtrack film Slumdog millionaire aku bakal kenal deh” dalam hati iseng aja. Gajah-gajah berhias pada kulitnya mulai berbaris diikuti kereta kuda. Seorang puteri cantik, bak puteri raja India melambaikan tangan kearah kami, mungkin tahu kita sedang memotret kecantikannya. Setelah puas memotret karnaval kami melanjutkan menyusuri City Palace yang sudah ada di depan kami. Sepanjang perjalanan kami terpuaskan oleh fragmen-fragmen daily life yang sangat menarik untuk di foto.

City Palace

Istana Kerajaan yang sangat Indah ini merupakan salah satu tujuan favorit para turis saat berkunjung ke Jaipur, dibangun oleh Maharaja Sawai Jai Sing. Kompleks istana ini sangat luas dan kami hanya menyusuri sebagian pinggiran dan masuk pada bagian-bagian gerbang tertentu saja. Lelah terasa menyisiri tembok-temboknya. Bisa dibayangkan bahwa istana ini sangat luas dipenuhi dengan halaman dan taman-taman yang indah pada masanya.

Becak khas di area City Palace

Becak khas di area City Palace

 

Jantar manar

Memasuki Jantar manar kami disuguhi sebuah arsitektur indah yang merupakan Observatorium Astronomi terbesar di dunia. Konon Jantar Manar awalnya adalah bernama Yantra Mantra yang artinya Instrumen dan Formula. Tetapi karena kebiasaan “salah lidah” dalam cara pengucapan maka akhirnya disebut Jantar Manar. Bangunan indah ini merupakan salah satu dari 5 observatorium yang dibangun oleh Maharaja Jai Singh pada periode 1727 – 1733. Maharaja satu ini tampaknya sangat mencintai arsitektur, science dan astronomi semua ciptaanya sungguh tidak terlepas dari hal-hal tersebut dan mengundang decak kagum kita.

Karya arsitek yang yang hebat di jamannya

Karya arsitek yang yang hebat di jamannya

 

Setelah selesai memotret indahnya arsitektur Jantar Manar, aku melirik jam tanganku waktu sudah menunjukan jam 17:00 sore, teman kami Prakash sudah melambaikan tangan, tanda untuk berkumpul dan kembali ke Hotel. Namanya juga fotografer perjalanan pulang pun selalu melambat karena banyak daily life yang menarik untuk di foto. Kami dari awal memutuskan pulang dengan bajaj karena jauh lebih simple dan praktis. 

Ada perbedaaan antara bajaj di India dan Jakarta Bajaj di India jauh lebih besar dibandingkan dengan Bajaj  Jakarta. Persamaanya adalah hanya sopir bajaj dan Tuhan saja yang tahu kapan bajaj akan belok ke kanan atau ke kiri…. Hahahaha… Sebuah joke yang familiar didengar karena kita stress dengan ulah sopir bajaj yang cenderung ngawur dan ugal-ugalan di Jakarta. Bajaj ini mampu menampung kami berempat, duduk berdesakan di belakang. Perjalanan ke Hotel ternyata tidak mulus, lalu lintas yang padat dan macet sering membuat kami berhenti lama. Bunyi klakson yang bersahutan, teriakan sopir yang marah dan pengendara yang stress. Hidung tercekik oleh polusi asap knalpot, mata pedas dan kabur karena kabut asap dimana-mana.

Kota super macet dan bising

Kota super macet dan bising

 

Sungguh sulit untuk tertib, bahkan seorang polisi tua tampak stress membawa pentungan mencoba mengurai lalu lintas yang sudah macet total, dead lock! Setengah jam akhirnya kami baru dapat menembus kemacetan dan menyusuri kembali keramaian jalanan Jaipur sambil merasakan atraksi akrobatik sang sopir bajaj muda. Kami hanya tertawa-tertawa saja menikmati akrobatik yang ada. Aku berfikir mungkin bajaj diciptakan dari pabriknya untuk sopir yang ugal-ugalan atau tercipta membuat sopirnya menjadi ugal-ugalan ha..ha…ha..ha..ha. Akhirnya kamipun sampai dengan selamat di hotel.

History Jaipur the Pink City

Jaipur dulunya adalah kota kerajaan, didirikan tahun 1727 oleh Maharaja Jai Singh II.  Awalnya Ibu kota kerajaan adalah di Amber dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk kota, kerajaan dipindahkan ke Jaipur. Perpindahan kota kerajaan ini sangat direncanakan dengan matang, baik secara arsitektur dan tata kotanya. Sehingga Jaipur merupakan kota terencana pertama di India. Butuh waktu sekitar 4 tahun untuk menyelesaikan istana utama, jalan dan lapangan-lapangan. Kota ini dibangun mengikuti prinsip-prinsip Shilpa Shastra, sebuah prinsip tradisi Arsitektur India. Kota ini dibagi menjadi sembilan blok, dimana terdiri bangunan negara dan istana, sedangkan sisanya tujuh blok diberikan kepada masyarakat. Dalam rangka untuk menjamin keamanan, dinding benteng besar dibuat bersama dengan tujuh pintu gerbang yang kuat.

Asal mulanya kota ini menjadi Pink city adalah bermula dari kunjungan Prince of  Wales pada tahun 1853. Guna menyambut kedatangannya dilakukan dekorasi kota dengan melakukan pengecatan seluruh tembok bangunan kota dengan warna Pink. Hingga sekarang warna Pink kota ini tetap dipertahankan dan menjadikan trade mark yang mampu menghadirkan kesan magis dan romantis yang mendalam. Saat ini kota Jaipur adalah ibu kota propinsi Rajasthan.

CATATAN AKOMODASI

R.T.D.C Gangour Hotel

Ganggour Hotel, hotel ini sepertinya masih satu grup dengan hotel RTDC Savour. Sebuah hotel lama tetapi cukup bersi. Interior masih dipenuhi dengan perabot-perabot yang sudah jadul, kamar mandi dan toilet masih terjaga dan cukup bersih, AC menggunakan jenis Windows jadi suaranya cukup keras dan mengganggu saat tidur. Pelayanan dan breakfast cukup lumayan tetap dengan sajian ala India roti canai dan kare, bagi yang breakfast oriental di sediakan roti, telur rebus, dan telor dadar. Jika masih dirasa kurang bisa order menu tersendiri dengan harga yang masih relatif ekonomis berkisar Rp. 25.000 an. Hotel ini dari segi harga relatif ekonomis berkisar Rp. 400.000 semalam.

Hotel Gangour

Hotel Gangour

 

 DAY FIVE

Pagi hari kami bangun dan segera breakfast, kami sudah mulai bisa merasakan kembali masakan berdaging walaupun sekedar daging ayam. Chicken Masalla atau kami lebih suka menyebutnya “chicken masalah”, mulai bisa menari di perutku dan disambut cacing-cacing perutku dengan gembira. Chicken masalla adalah potongan daging ayam yang dimasak dengan kaldu kare yang pedas,  sungguh pas dilidahku dan mengundang selera makanku.

Indahnya sebuah beteng... Fort Amber

Indahnya sebuah beteng… Fort Amber

 

Kami segera check out untuk melanjutkan perjalanan kembali ke AGRA. Perjalanan ke Agra cukup jauh sekitar 5 jam, dalam perjalanan kami menyempatkan mampir ke Fort Amber yang dikelilingi oleh danau buatan. Kami tidak turun untuk memasuki bangunan benteng tapi hanya memotret dari tepi jalanan saja. Perjalanan kami lanjutkan kembali, satu jam kemudian kami memasuki daerah pemukiman penduduk yang sangat khas dengan bangunan rumahnya yang terbuat dari tanah liat. Kami melewatkan waktu untuk memotret hingga sekitar 1,5 jam. 

ceria...

ceria…

 

Kami memasuki kota Agra sekitar pukul 16:00 sore, mendung mulai menggantung dan akhirnya hujanpun turun dengan lebatnya. Setelah berkeliling kota sebantar, untuk melihat daerah Red fort dan Taj Mahal, kami mulai mencari hotel. Untuk akomodasi hotel di Agra memang kami belum melakukan booking terlebih dahulu, sungguh ini diluar kebiasaanku. Berhubung ada teman kami yang dari India sehingga kami percaya semua akan di arrange dengan baik. Ternyata hari itu semua hotel yang bagus kebanyakan sudah full booked atau tersisa tinggal president suite.  Sehingga memaksa kami untuk berkeliling mencari hotel dengan sabar. Dalam kucuran hujan deras, satu per satu hotel kami masuki untuk sekedar menanyakan avaibility room nya, sementara perut sudah mulai keroncongan. Setelah kesekian kalinya, akhirnya kesabaran pun berbuah manis juga, kami mendapatkan kamar walaupun cuma satu tetapi jenis family room. Walaupun dengan kondisi kamar diluar ekspektasi, tetapi kami dapat melepaskan lelah semalam dengan lelap di Agra.

 

DAY SIX

Esok paginya kami bangun subuh untuk melakukan pemotretan sunrise di Taj Mahal dari sekitar daerah Red Fort. Cuaca pagi itu kurang mendukung karena berkabut cukup tebal sehingga matahari dan langit indahnya enggan menampakan diri. Aku tetap memotret, pikirku “semoga dengan sentuhan Black n White tetap mampu menghadirkan Taj Mahal yang indah”.

Taj Mahal di pagi hari

Taj Mahal di pagi hari

 

Rupanya hari ini adalah akhir dari perjalanan kami ditemani oleh Prakash, sobat kami dari India, karena ada acara yang tidak dapat ditinggalkan. Tapi kami bersyukur telah ditemani ke Pushkar yang merupakan tujuan utama perjalanan kami ke India. Kami berpisah di stasiun kereta api Agra, Jabat erat dan peluk perpisahan sebagai tanda berakhirnya perlanan kami dengannya tetapi tidak persahabatan kami.

Taj Mahal

Sisa waktu yang ada, sebelum kami melanjutkan perjalanan kembali ke New Delhi adalah ke icon termasyhur yang merupakan salah satu tujuh ke ajaiban dunia, Taj mahal. Kami mulai memasuki kawasan Taj Mahal dan mencari parkir mobil, setelah menemukan tempat yang cukup teduh dibawah pohon, kami meninggalkan Gerald sopir kami untuk menunggu di mobil. Mirip dengan kawasan Borobudur, kita parkir cukup jauh dari Taj Mahal, untuk kesana kami harus naik beberapa alternatif kendaraan yaitu dengan mobil pengantar, kereta unta, atau ojek semacam becak yang ditarik sepeda di depan. Kami memilih naik ojek sepeda, bertiga kami berjejal di bangku belakang, bapak ojek dengan nafas yang semakin berat karena menggenjot sepeda yang makin naik jalannya.

Kerbau dan sapi merajai jalanan

Kerbau dan sapi merajai jalanan

 

Kurang lebih 10 menit kami sudah sampai di area gerbang utama. Karena kami ingin memotret Taj Mahal dari sisi luar dan dari seberang sungai, maka kami sewa bajaj untuk mengantar kami ke gerbang belakang. Dengan menyusuri perkampungan padat, bajaj kami berjalan cukup cepat di jalan sempit sambil sesekali zig zag untuk menghindari anak-anak yang lalu lalang. Tidak sampai 10 menit kami sudah sampai, kami masih harus menyusuri dengan jalan kaki kurang lebih 1 km untuk sampai di tepian sungai. Dengan menyewa perahu dayung kami mulai menyeberangi sungai untuk memotret keindahan Taj Mahal. Sungguh istimewa langit hari itu sangat biru dan cerah, sehingga refleksipun muncul dan terekam baik dikamera. Sayang kami tidak bisa menepi ke seberang, karena semenjak peristiwa Bom India, pemerintah menganggap rawan jika membiarkan semua orang bisa memiliki akses ke seberang.

Tertib antre masuk security check point

Tertib antre masuk security check point

 

Antrian sudah mengular saat kami akan masuki gerbang Taj Mahal. Ternyata antrian cukup panjang karena satu persatu semua pengunjung harus memasuki detector logam, masih digeledah dan barang bawaan dalam tas diteliti satu persatu oleh petugas berseragam militer yang terlihat cukup tegas. Beruntung saya bisa melewati petugas dengan mudah dan tanpa banyak ditanya dan digeledah tasnya. Temanku Gathoe yang selalu full gear kemana-mana dengan back pack besar, sedikit terhambat dengan ditanya satu per satu kegunaan dari perlatan canggihnya. Kami berdua hanya senyum-senyum menungguinya, “Makanya jangan mindahin semua isi lemari kamera ke dalam back pack dong” goda kami.

Menyusuri sungai Taj Mahal

Menyusuri sungai Taj Mahal

 

History Taj Mahal

Taj mahal merupakan salah satu dari Tujuh keajaiban dunia. Berdiri anggun di tepi sungai Yamuna, Taj Mahal identik dengan cinta dan romansa. Taj Mahal sendiri berasal dari nama istri sang kaisar Shah Jahan  yang bernama Mumtaz Mahal. Taj mahal merupakan lambang cinta sang kaisar untuk mengenang istrinya tercinta yang merupakan cintanya pada pandangan pertama. Daya tarik utama dari Taj mahal adalah pada bangunan kubah utamanya yang merupakan makam dari Mumtaz Mahal.Taj Mahal yang berarti Crown Palace dibangun selama 22 tahun dan baru selesai pada 1648 SM.

Kami menuju New Delhi, perjalanan yang masih jauh, rasa lapar sudah mulai terasa tetapi iming iming dari Romi membuat kami bertahan. “Nanti di jalan toll ada Mc Donald” kata Romi nyletuk saat kita sudah merasa lapar. Terbayang perut yang lapar makan Hot Chiken dengan nasi yang mengepul dan membayangkan enak dan lembutnya cheese burgernya. “Akhirnya merasakan kembali selera nasi dan daging” gumam ku. Ternyata masih membutuhkan waktu hampir satu setengah jam, setelah bayang-bayang ayam gorengnya yang krispi dan pedas menari-nari, untuk melihat logo M kuning di kejauhan. Lega rasanya!

mc Donald India, no beef !

mc Donald India, no beef !

 

Bayangan yang ada ternyata tetap menjadi fantasi di benakku, ternyata tidak ada hot chicken si ayam goring renyah pedas, ngga ada nasi, ngga ada cheese burger! Yang tersedia hanya Mc Chicken dan turunannya yang serba ayam dan chicken nugget, akhirnya kami memesanya juga sebagai pembersih perut dari aneka kare-karean. Walaupun fantasi terbang tapi kami terpuaskan dengan selera Internasional tetapi sudah melekat menjadi selera jawa lidahku.

Hari ini rombongan kami berkurang lagi, Romi harus meninggalkan kami karena ada keperluan mendadak. Begitu memasuki gerbang kota kami memutuskan untuk naik taxi ke Bandara, karena Gerarld kurang paham dengan kota New Delhi. Kami pun berpisah dengan Gerarld sopir kami yang murah senyum dan selalu jadi bahan kami untuk tertawa karena harus menggunakan bahasa Tarzan tiap kali berkomunikasi.

Sudah jam 18:00 saat saya dan Gathoe, check in kembali di hotel Southern New Delhi. Masih dua malam kami harus melewatinya karena ada perubahan schedule sehingga menjadi sedikit mengacaukan perjalanan kami.

Catatan Akomodasi

Taj Mahal

1. Hari Jumat tutup, check ulang jika schedul perjalanan jatuh di hari Jumat.

2. Tiket masuk sekitar 750 rupee

3. Pemeriksaan di Gate Masuk sangat ketat, selain metal detector tas kita juga digeledah. Beberapa peraturan :

  • Senjata, amunisi, bahan bakar, tembakau, minuman keras, makanan, permen karet, headphone, pisau, kawat, charger  mobile, Tripod, iPod dan MP3 player dilarang di dalam Taj Mahal .
  • Karena komplek makam yang suci berpakaian yang sopan
  • Dilarang memotret di makam utama
  • HP harus dimatikan
  • Dilarang merokok, makan dan minum
  • Ada Locker di Gate utama, soal keamanan kurang menjamin, sebaiknya sudah prepare dari hotel.
  • Video camera kena charge tambahan 25 rupee
Tiket Taj Mahal…. Mahal bro

 

 

DAY SEVEN

Tidak banyak yang bisa kami lakukan di New Delhi kecuali mengikuti city tour yang di arrange oleh Sothern hotel. Kami baru tahu dari brosur waktu kami cek in kemaren sore, ternyata southern selain hotel juga memiliki Tour and Travel yang cukup lengkap dan handal. Mulai dari city tour hingga paket tour ke seluruh tujuan tourist di India tersedia, mulai dari yang ekonomis hingga kelas eksekutif juga ada. Selain itu southern juga menyediakan rental mobil dengan berbagai jenis. Tidak salah kalau kita mau cari budget hotel yang praktis dan lengkap memenuhi kebutuhan kita para traveler, memilih Sothern Hotel New Delhi!

the fredom of Dog

the fredom of Dog

 

City Tour kami berangkat pukul 08:00 pagi dan kembali ke hotel pukul 19:00 malam. Menggunakan bis besar dan luxury karena peserta mencapai lebih dari 30 orang. City tour sedikit membuat kami bosan mengingat object tujuan kurang bisa mencuri hati kami untuk memotret. Sedikit berbeda dengan spot spot orisinal yang sebenarnya lebih kami cari. Pada city tour ini kami lebih banyak diajak keliling ke museum dan Icon kota.  Menurutku untuk sekedar sight seeing kota New delhi, city tour ini lebih dari cukup dan ekonomis.

Hingga sunset menjelang

Hingga sunset menjelang

 

 

DAY EIGHT

Hari ke delapan home sick mulai terasa menyengat, terlebih kemarin melewatkan hari dengan city tour yang kurang pas di hatiku. Hari ini kami memutuskan untuk menyewa sebuah mobil Toyota inova, ya inova, minus kata kijang di depannya. Mobil ini termasuk salah satu mobil favourite di new delhi. Made in Indonesia tentunya! Rental sehari dari jam 09:00 hingga jam 18:00 seharga Rp. 360.000 diluar tarip ekstra jika km mobil melebihi ketentuan jam 18:00 sore. Sharp!

Museum Kereta Api, koleksinya sangat lengkap

Museum Kereta Api, koleksinya sangat lengkap

 

Kami berangkat, tujuan pertama adalah museum Kereta api, karena India mempunyai sejarah panjang tentang perkereta apian tentu akan menarik jika menyempatkan melihat museumnya. Sedikit kecewa, walaupun koleksi kereta api yang lengkap, cara penyajian, dan layout tetapi  museum ini terlihat kurang perhatian dan kurang terawat. Sayang sekali. Jujur Museum Kereta Api Ambarawa belum seberapa dibandingkan koleksinya dan penyajiannya, tapi yang membuat senyum berimbang adalah cara merawatnya yang sama hehehehe.

Lorong kampung kota

Lorong kampung kota

 

Langkah selanjutnya kami mengunjungi Kompleks pemakaman dan pesantren komplek masjid Jami. Kami di drop dan di tinggal oleh sopir kami karena larangan parkir, dan berjanji akan menjemput kami setelah di miss called. Begitu menjejakan kaki suasana muslim yang kental mulai terasa, kebanyakan para pria menggunakan pakaian jubah putih dan beberapa menggunakan peci. Memasuki lorongnya semangatku pulih lagi untuk memotret. “wah” perkampungan, lorong-lorongnya dan aktifitas daily life yang unik dan etnis sekali.

menanti oh menanti

menanti oh menanti

 

Beberapa langkah, shutter cameraku sudah mulai bergerak mengisi memory card. Berbaur antara pedagang, para kuli, kaum duafa/pengemis yang ada di tepian jalan, anak-anak kecil yang berlarian bermain, pengunjung yang berziarah. Bebarapa bahkan menyambut dengan senyum menyeringai minta difoto tetapi tatapan-tatapan tajam karena kami hanya mengenakan pakaian biasa dan terkesan asing sering kami jumpai. Walaupun demikian hati tetap nyaman karena perkampungan ini ternyata juga jujugan kunjungan beberapa turis yang ingin melakukan kunjungan ke kawasan muslim yang eksotis. Beberapa bule terlihat berpapasan dengan kami, rata-rata yang perempuan sudah berbalut kain sarung untuk menjaga kesopanan. Memasuki lorongnya yang kecil, gelap dan hanya pendar-pendar lampu pijar 60 watts yang menyinari tiap-tiap kios, sungguh semakin membuatnya menjadi lebih apik, dramatis, romansa dan fotogenik. Ada yang berjualan perlengkapan sholat, cindera mata, bunga-bunga mawar dan melati, buku-buku religi dan menjajakan makanan.

kios-kios penjual bunga untuk "nyekar"

kios-kios penjual bunga untuk “nyekar”

 

Sungguh langkahku menjadi sering terhenti untuk menangkap moment-moment cantik ini. Sampai di penghujung lorong mulai banyak tempat penitipan sepatu, ternyata ini adalah zona akhir kami boleh menggunakan sepatu. Didepan cahaya matahari menyeruak masuk seakan sebagai garis batas memasuki area suci. Setelah menitipkan sepatu kami memulai melangkahkan kaki dibawah terik matahari, kami memasuki tempat pemakaman untuk berziarah dan berdoa. Momen-momen cantik nuansa religi tersuguhkan ditempat ini, tak hentinya kami berjalan dan mencoba menangkap momen dengan tetap menjaga etika kesopanan karena ditempat ini banyak orang sedang berdoa.

Lorong pasar

Lorong pasar

 

Sekitar 30 menit kami berdua keluar, kembali menyusuri lorong gelap lagi menuju jalan keluar dan menunggu jemputan dari sopir kami. Tak banyak yang kami lakukan setelah itu selain mengisi perut dan mencari oleh-oleh karena esok hari kami sudah harus pulang.

 

DAY NINE

Setelah semalaman kami melakukan packing semua koper dan tas kamera serta menyiapkan semua dokumen imigrasi dan tiket kepulangan, menjadikan kami merasa sudah siap waktu pagi mulai menjelang. Waktu kepulangan!

Kami berdua memasuki resto hotel untuk breakfast terakhir, di hotel yang terasa semakin familiar buat kami. Kami membuka menu dan memilih menu Chicken Masalla, yaaaa… “chicken masalah” sebutan kami. Setelah kami pertama mencobanya di Hotel Gangour, akhirnya menu ini selalu hadir di meja santap kami di hotel ini selama dua hari terakhir. Sekarang adalah the last time for chicken masalah… ha ha ha ha. Rasanya menu ini yang paling pas di perut kami berdua, sehingga kami menyepakati sebagai additional menu wajib!

with Friends

with Friends

 

Kami datang ke bandara lebih awal karena ngapain juga mau nunggu di hotel, nothings to do! Saat akan masuk ke area check in kami di cegat oleh petugas bertampang garang dengan senjata lengkap dan berkumis lebat putih melengkung seperti tokoh detektif  fiktif Hercule Poirot. Dengan muka tidak ramah dia memberitahukan bahwa kami tidak boleh masuk . Check in baru boleh dilakukan 3 jam sebelum penerbangan, ribet juga yah aturanya padahal bandara juga kosong hehehehe…. Akhirnya kami memilih mencari coffee break untuk sekedar menunggu dan duduk. “Ahhh… ini trick biar café-café diluar ini laku kali ya” pikirku.  Setelah mendekati waktu cek in kami masuk kedalam, semua berjalan dengan lancar, demikian juga dengan proses imigrasi juga berlangsung dengan mulus.

 

Pesawat kami mulai memacu cepat, raungan mesin jetnya yang menggelegar terdengar dari dalam kabin.  Roda-roda pesawat Air asia mulai terangkat dan melambung tinggi mengantarkan kami ke Kuala Lumpur sebagai transit sebelum aku ke Jogjakarta dan Gathoe ke Surabaya. Sungguh perjalanan ke India adalah perjalanan bak cerita 1001 malam. Seakan kami di tarik mesin waktu keperadaban lampau, ke Negeri antah berantah! Seakan kami masuk dalam alur dongeng dan dibuai fragmen-fragmen cerita pada setiap daerah yang kami kunjungi, semua eksotis, etnik yang kental, magis dan romantis… Sungguh tepat Incredible India !


THINGS TO DO

Dokumen

  1. Warga negara Indonesia membutuhkan Visa untuk masuk ke india. Biaya Visa resmi adalah Rp. 450.000, diluar biaya service. Waktu pembuatan Visa setelah dokumen lengkap sekitar 3 s/d 7 hari kerja.
  2. Tukarkan Mata uang Rupiah ke Rupee saat sebelum keberangkatan. Jika di India tukarkan di money changer Bandara atau di bank saja, diluar itu rate suka ngawur.
  3. Jangan Menggunakan Credit card di sembarang tempat, kecuali toko bonafide
  4. Copy dokumen perjalanan, semacam tiket, voucher serta paspor dan simpan pada tempat yang berbeda

Akomodasi

  1. Perjalanan ke India dengan Air asia dari Kuala Lumpur ditempuh dalam waktu 4,5 jam perjalanan 
  2. Pesanlah Hotel sebelum keberangkatan, pemesanan hotel ditempat akan mahal dan tawar menawar (budget hotel)
  3. Voltase Listrik 220 V dengan model socket plugs kaki 3 ( lihat ilustrasi ).
  4. Taxi Bandara sebaiknya mengunakan Radio Taxi Meter dan membeli di counter Taxi. Diluar itu harus tawar menawar.
  5. Kereta Api, jika membeli online pastikan sudah confirmed. Jika ada kesulitan sebaiknya menuju ke kantor kepala stasiun. Banyak oknum yang mencoba memanfaatkan para turis dengan membohongi kalo tiket belum confirmed.
  6. Mobil Sewa Umumnya dari jam 12 jam dan kelebihan Km (kilo meter) akan dikenakan charge tersendiri. Catat KM mobil dengan baik.

IMG Visa

Waktu dan Cuaca

  1. Waktu Mundur/ lebih lambat 1,5 jam dari WIB. Rubah jam anda begitu sampai agar tidak miss schedule terutama alarm bangun tidur.
  2. Check Iklim tempat tujuan agar pakaian bisa disesuaikan.

Makanan, Minuman dan obat

  1. Tap water / air ledeng tidak bisa di minum
  2. Makanan umumnya kare dan pedas
  3. Makanan umumnya vegetarian
  4. Nasi Masih ada dan kadang semacam roti canai atau nan
  5. Sediakan obat sakit perut, makananan banyak mengandung santan dan sambal sehingga sering memicu sakit perut.
  6. Jangan Lupa membawa perlengkapan obat-obatan pribadi yang biasa dikonsumsi.
  7. Sun Block jika cuaca terik.

IMG plugs

Fotografi Tools

  1. Camera dan back up camera
  2. Lensa All round
  3. Lensa sesuaikan dengan spot tujuan (light travel)
  4. Tas kamera yang bisa dikunci/gembok
  5. Pastikan membawa Memory card cadangan
  6. Pastikan membawa Hard disk portabel (transferable) atau laptop
  7. Pastikan membawa Battery cadangan
  8. Charger n plugs
  9. pembersih lensa dan blower
  10. Chek waktu sunrise dan sunset ke petugas hotel atau guide, karena waktunya berbeda dengan kondisi di Indonsia

Lain-Lain

  1. Publict Toilet umumnya jorok. Prepare sebelum meninggalkan Hotel.
  2. Gunakan sepatu yang baik karena jalanan banyak kotoran sapi hindarkan sendal yang terbuka.
  3. Hati-hati berjalan di jalan umum, kebanyakan sopir di India mengendarai dengan ugal-ugalan.
  4. Jika membeli souvenir biasakan menawar 50% dari harga, kecuali yang fixed price
  5. Guide lepas ditempat wisata sering memaksa, pura pura tidak memahami bahasanya adalah cara terbaik untuk menghindar.
  6. Jangan tinggalkan barang berharga di Hotel
  7. Hati-hati copet pada tempat keramaian yang berdesakan

Lensa Nikon 14 – 24mm f/2.8G IF ED

KEY FEATURES

  • SWM  ( Silent Wave Motor ) : bunyi motor AF lensa ini nyaris tidak terdengar
  • AF-S (AF-Silent Wave Motor ) : Lensa ini untuk focusingnya tidak membutuhkan motor di body camera, karena di dalam lensa ini sudah ada motor penggerak AF yang cepat dan silent. Berbeda dengan AF dimana motor penggeraknya ada di Body camera.
  • ED lens (Extra Low Dispersion ) : Elemen lensa ini mampu menghasilkan kualitas ketajaman dan contras yang baik. Lensa ini memiliki dua elemen lensa ED untuk optimalisasi.
  • AS lens ( Aspherical ) : Elemen lensa yang umumnya dipakai di lensa wide sehingga mampu mengurangi Color Aberration atau penyimpangan warna. Lensa ini memiliki 3 elemen lensa Aspherical
  • G lens : Artinya lensa ini tidak memiliki gelang diafragma seperti pada lensa seri lama sehingga tidak bisa digunakan di kamera Analog Manual function.
  • IF ( Internal Focus ) : teknologi focus pada lensa ini menggunakan sistem internal sehingga tidak mempengaruhi panjang pendek lensa saat focusing serta gelang lensa terdepan tidak berputar saat focusing sehingga jika kita menggunakan dudukan filter ( sheet filter)  atau filter  CP-L dan sejenisnya tidak akan berpengaruh.
  • N ( Nano Crystal ) : teknologi terbaru (2007) di Nikon untuk coating lensanya, sehingga akan mengurangi internal reflection dan efektif untuk mengurangi Flare dan Ghosting.
Nikon AFS 14-24 mm f/2.8G

Nikon AFS 14-24 mm f/2.8G